Hati yang Patah Tuk Kedua KalinyaKarya : Puji Lestari
Hari-hari yang penuh dengan kejutan, membuat Najwa bersemangat dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Walau terkadang, kejutan itu memang tak selalu bisa melukiskan senyum dibibir manisnya. Tepat seperti kejadian dua tahun yang lalu, dimana hati yang sudah saling terpatri, dimana rasa yang sudah saling mengaksara, dimana janji yang sudah terlanjur dipercaya. Namun, harus berakhir menyisakan duka dan lara.
Najwa adalah seorang wanita sederhana, humoris, ramah, yang dikaruniai paras wajah nan cantik. Seorang gadis pedesaan, namun bukan berarti dia kurang akan intelektual. Saat ini Najwa sedang melanjutkan pendidikan disebuah Perguruan Tinggi Negeri jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam), yang nantinya akan bisa membuat Najwa meraih predikat sarjana. Saat mendaftar perguruan tinggi, Najwa lolos menjadi salah satu mahasiswa penerima bantuan biaya perkuliahan dari pemerintah. Hal itu sangat menggembirakan bagi Najwa, karena sudah pasti orang tuanya akan terbantu dalam membiayai pendidikannya. Syukur yang tiada henti kala itu sampai saat ini Najwa memasuki semester enam.
Tak mudah memang bersaing dengan teman-temannya yang mempunyai pemikiran kritis. Najwa dituntut untuk bisa aktif dalam perkuliahan dan juga aktif dalam organisasi kampusnya. Manis pahitnya berjuang dalam mengenyam pendidikan disebuah perguruan tinggi sudah biasa Najwa jalani. Cerita tentang kisah cinta pun ada untuk menghiasi.
Ya, dulu Najwa memang pernah terluka dalam cinta, namun bukan berarti Najwa menutup hatinya untuk kembali merasakannya. Karena sebuah rasa jikalau memang sudah tumbuh maka tidak akan bisa untuk dihilangkan, karena rasa cinta itu sudah diciptakan dalam diri setiap manusia. Kini, Najwa tengah merasakannya kembali. rasa itu mulai tumbuh untuk seseorang yang masih dalam satu organisasi dengannya.
Namun, kali ini kisah cinta yang sedikit berbeda dari kisah sebelumnya. Dulu sudah ada hubungan yang jelas antara Najwa dan mantan kekasihnya. Kini Najwa lebih memilih untuk diam tanpa suara. Yah, lebih tepatnya mencintai dalam diam. Rasa takut jika apa yang diharapkannya tak sesuai dengan apa yang direncanakan-Nya sudah pasti ada dalam jiwa Najwa. Namun, Najwa sudah berbeda, tak seperti dulu yang baru pertama kali ditinggalkan oleh kekasihnya. Najwa kini lebih menjadi wanita yang berusaha tetap tegar. Sejak waktu itu pun, Najwa berusaha untuk tetap berhusnudzan kepada Tuhan Sang Maha Cinta. Setiap insan di dunia sudah ditaqdirkan garis hidupnya, termasuk perkara jodoh.
Setiap ada perkumpulan organisasi yang membuatnya bisa memandang wajah seseorang yang dicintainya, dialah laki-laki tampan, sholeh, dan sederhana. Najwa biasa memanggilnya “Mas Hasan”, seorang mahasiswa dijurusan yang sama dengan Najwa, kini Mas Hasan duduk disemester tujuh. Ada rasa yang berbeda tiap kali Najwa bercengkrama dengan Mas Hasan. Debaran didada yang semakin tak beraturan tiap detiknya, muka yang sedikit memerah saat mulai ada canda, dan juga salah tingkah tak karuan. Tetapi, Najwa berusaha agar tidak diketahui oleh Mas Hasan ataupun teman-temannya. “Akankah rasa ini tetap sama sampai nanti waktu wisuda tiba ?", begitulah Najwa berkata dalam lubuk hatinya.
Waktu terus berjalan, kini Najwa sudah beranjak dari semester enam menjadi semester tujuh. Masa-masa dimana Najwa mulai fokus untuk mempersiapkan skripsinya nanti. Banyak yang harus dia lalui, entah itu ditempuh dengan kemudahan atau kesukaran. Waktu terus berputar tanpa perduli apakah Najwa masih membutuhkan waktu tambahan untuknya melakukan beberapa penelitian. Najwa sudah berkomitmen dengan dirinya sendiri, bahwa nanti harus bisa lulus di semester delapan.
Mengikuti perkumpulan organisasi sudah jarang Najwa lakukan, hal itu berarti bahwa Najwa juga jarang bertemu dengan Mas Hasan yang kini lebih sibuk disemester delapan. Pembicaraan singkat melalui whatsapp dilakukan jika ada perlu saja. Namun, perihal rasa yang ada untuk Mas Hasan, sampai saat ini masih ada bahkan Najwa merasa semakin hari semakin tumbuh.
Hingga tiba waktunya Mas Hasan wisuda, rasa itu pun masih tersimpan rapi dalam lubuk hati Najwa. Sebelumnya, Najwa sudah berniat akan mengungkapkan perasaannya secara langsung kepada Mas Hasan. Semerbak harum mewangi dari seikat bunga yang dibawa Najwa. Tak ketinggalan juga senyum manis dibibirnya, membuat pagi hari ini menjadi lebih cerah. Najwa akan mempersembahkan seikat bunga tersebut khusus untuk dambaan hatinya, tak lain dialah Mas Hasan.
Terlihat dari kejauhan, Mas Hasan memakai jas berwarna hitam membuat wajah tampannya semakin terpancar. Mas Hasan sedang berdiri bersama keluarganya tepat di depan auditorium kampus. Hati berdebar tak beraturan, badan gemetar bak kedinginan, kaki pun melangkah semakin cepat. Tinggal beberapa pijakan untuk sampai kepada Mas Hasan, tiba-tiba sesuatu yang membuat Najwa tercengang dan seketika langkah kakinya terhenti.
Air mata mengalir tanpa permisi, seikat bunga terjatuh dari genggaman, mulut yang seakan terkunci namun berusaha tetap tersenyum, dan hati yang seakan tertusuk duri. Seorang wanita cantik memakai gamis berwarna putih dipadukan jilbab abu-abu, memberikan seikat bunga dan hiasan kaligrafi yang bisa dibaca oleh Najwa. “Selamat untukmu, anaa uhibbuka Mas Hasan”. Setelah menerima semua itu, terukirlah senyum manis Mas Hasan menandakan bahwa ada kebahagiaan.
Najwa yang hanya bisa terpaku melihat semua itu, berusaha untuk tetap tegar. “Ini bukan kali pertama bagimu. Bukankah kau mengatakan bahwa kau akan tetap tegar dengan apa yang nantinya akan terjadi pada cintamu untuk Mas Hasan. Tegarlah Najwa, tegarlah!”. Najwa berusaha untuk menguatkan jiwa yang hancur dan hati yang patah tuk kedua kalinya.
Senin, 26 Oktober 2020
1 Komentar
ntaaapp lahh,, lanjutkan ning
BalasHapus