Ilustri gambar : Jernih.co


Sungguh merupakan kehancuran yang besar, ketika seorang yang ’alim tak mengamalkan ilmunya. Dan, lebih parah dari itu adalah seorang bodoh yang beribadah tanpa ilmu. Keduanya merupakan fitnah besar bagi orang-orang yang menjadikannya sebagai pedoman 

(kutipan syair dalam kitab Alala, karangan Imam Burhanuddin al-Islam az-Zarnuji)

Jika menilik dari syair diatas pastinya sudah paham bagi para santri yang nota bene-nya berkecimpung dalam dunia pesantren terkait tulisan ini akan dibawa kemana arah tujuannya. Sesuai dengan tempat lingkungannya belajar, para santri tentunya tidak asing lagi dengan nama kitab yang satu ini yaitu kitab Alala karangan Imam Zarnuji yang didalamnya terdapat syair-syair berisi petuah dari para ulama akan suatu hal yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya tata cara dalam mencari ilmu, cara memilih teman dan lain sebagainya. Namun, dalam pembahasan ini penulis tidak akan membahas secara keseluruhan isi dari apa yang termaktub dalam kitab tersebut, hanya saja penulis akan mengambil contoh petuah yang sesuai dengan kondisi sekarang, yang sedang carut marut akan wabah yang sudah semakin mengganas ini. Adanya wabah ini pastinya menjadi momok yang sangat mengerikan bagi setiap masyarakat yang sudah tahu akan bahayanya virus tersebut baik gejala yang akan dialami jika terkontaminasi, proses penyebaran virus, maupun mutasi-nya yang semakin hari semakin berubah, sehingga membuat para tenaga medis kewalahan untuk menangani masalah tersebut.

Melihat fenomena tersebut, sebagai seorang muslim yang setiap harinya melakukan ritual ibadah keagamaan yang seringkali dilaksanakan secara berjamaah pastinya akan terkendala dalam melakukan rutinitasnya, dikarenakan penyebaran virus ini akan sangat cepat terjadi jika terdapat sebuah kerumunan masa yang nantinya sangat beresiko pada jumlah penambahan kasus positif virus tersebut. Maka dari itu, perlu adanya sebuah modifikasi dalam tata cara pelaksanaan ritual ibadah keagamaan, dengan mengikuti anjuran ulama dan dari pemerintah setempat.

Berlandaskan pada fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 14 tahun 2020 tentang penyelenggaraan ibadah dalam situasi terjadi wabah covid-19, maka jika dalam suatu daerah yang sudah terdampak dan terpapar virus covid-19 untuk tidak melaksanakan ritual ibadah keagamaan secara berjamaah dengan skala besar seperti sholat jumat, sholat tarawih, sholat ied, halaqoh keagamaan dan lain-lain yang berdampak pada resiko penyebaran virus secara masal. Selaras dengan fatwa ulama tersebut, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan kepada seluruh masyarakat agar melakukan lockdown dengan berdiam diri di rumah tanpa melakukan kontak fisik dengan orang lain. Melalui program social distancing dan physical distancing masyarakat diimbau untuk tidak keluar rumah, kecuali jika memang ada keperluan yang sangat mendesak. Program ini juga diterapkan pada tata cara ritual ibadah keagamaan pada daerah yang sudah masuk dalam kategori zona merah terpapar virus covid-19, yaitu dengan melakukan ibadah dirumah saja tanpa harus melakukannya secara berjamaah di tempat ibadah agama masing-masing, dalam hal ini yaitu masjid, mushola atau tempat-tempat ibadah lain. Dengan adanya program ini, pemerintah sangat berharap kepada masyarakat agar mematuhi kebijakan tersebut, sehingga dapat meminimalisir jumlah kasus positif covid-19.

Tidak semua masyarakat dapat menerima dan menjalankan keputusan yang ditetapkan oleh pemerintah, terutama karena alasan ekonomi, masyarakat yang rata-rata penghasilannya didapatkan dari pengolahan lahan seperti sawah, ladang, kebun, dan lahan lain pastinya tidak akan mendapatkan pemasukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga setiap harinya hanya dengan berdiam diri di rumah saja. Hal ini menjadi PR baru lagi tentunya bagi pemerintah, melihat kondisi perekonomian yang sedang carut marut ini. Namun, bukan soal perekonomian yang akan difokuskan dalam pembahasan ini, melainkan pada gerakan-gerakan masyarakat yang dalam hal ini melawan dan menantang fatwa ulama yang sudah disebut diatas. Seolah-olah ada oknum masyarakat yang sedang beraliansi membentuk gerakan tidak takut mati dengan tetap melakukan ritual ibadah keagamaan di daerah yang sudah terindikasi menjadi zona merah. Adanya gerakan ini mengingatkan kita kembali akan syair yang ada di kitab Alala yang sudah disinggung sedikit diawal, bahwa sekarang banyak orang bodoh yang mengatas namakan agama sebagai senjata untuk tetap mempertahankan pendapat salahnya, bahkan keputusan (fatwa) setingkat ulama masyhur pun mereka lawan tanpa menilik dan menelaah lebih dalam kenapa keputusan tersebut ditetapkan. Banyak orang bodoh dimasa sekarang yang beribadah tanpa ilmu, dan ini merupakan fitnah yang besar menurut syair dalam kitab Alala melebihi seorang ’alim yang tidak mengamalkan ilmunya. Dengan dalih bahwa mereka memiliki Tuhan, kenapa harus takut pada makhluk-Nya yang hanya berupa virus kecil. Bukan soal memiliki Tuhan dan karena alasan takut kepada makhluk-Nya, namun sebagai seorang muslim yang beriman juga diwajibkan atas dirinya untuk usaha (ikhtiar) menjaga diri dari hal-hal yang membahayakan (hifdzun nafs). Mungkin adanya fatwa ulama ini mereka anggap sebagai ultimatum yang mengerikan dan melabeli para ulama sudah sesat dan salah kaprah dalam memutuskan hukum.

Fenomena tersebut menggambarkan keadaan saat perang, dimana seorang serdadu menggendong seekor keledai. Bukan berarti serdadu ingin melindungi keledai, namun pada saat itu mereka sedang memasuki kawasan yang penuh ranjau, jika keledai dilepas berlari sesukanya maka akan berpotensi memicu ledakan yang akan membunuh semua serdadu yang ada disitu. Pesan moralnya adalah ketika sedang terjadi masa-masa sulit seperti ini yang pertama kali harus ditangani adalah orang-orang bodoh yang tidak sadar akan bahaya yang ditimbulkannya dengan bertindak sesuka hati mereka tanpa didasari dengan ilmu pengetahuan.

Nama : Muamar Ma’ruf

Ttl : Purbalingga, 13 Juni 1999

Alamat : Gondang Rt 01 Rw 04, Kec. Karangreja, Kab. Purbalingga

Hobi : Mengetik

Motivasi : Jadilah orang yang mengajar atau yang belajar

Akun FB : Muamar Ma’ruf

Akun IG : @kang_muamar